Kamis, 23 Juni 2011

12



Kulihat jam dinding, ini sudah pukul 12 malam. Aku masih meneteskan air mata mengingat masalalu yang indah. Mungkin konyol jika aku masih berfikir dan berharap semua akan kembali seperti dulu, terlintas dipikiranku untuk bangkit dan lebih jauh melangkah. "Nak belum tidur?" terdengar suara ayah dibalik pintu kamarku. "Em..belum yah sebentar lagi" jawabku sambil menghapus air mata, terdengar suara kaki ayah yang menjauhi kamarku. Aku membuka jendela padahal ini sudah larut malam tapi tak ada rasa takut sedikitpun. Terlihat langit yang penuh dengan cahaya bintang. Tak tau apa yang aku fikirkan tiba-tiba aku menangis. Aku teringat pesan ibu "nak, jadilah anak yang pintar, tegar, dan kuat menghadapi apapun walaupun hatimu sedang sakit, tapi hadapilah itu semua. Dan janganlah kamu lemah dihadapan semua orang". Dalam hati ku berkata "Maaf bu, aku ingkar janji, aku lemah, padahal ini hanya karena seseorang". Semua orang pasti berkata dan berfikir bahwa jangan kamu menangisi seseorang yang tidak peduli denganmu, jangan sia-siakan air matamu untuknya. Yayaya lupakan lupakan, tapi hanya dia yang terlihat dihatiku sejak dulu, sejak dulu sampai saat ini. Aku terus menangis untuk melampiaskan rasa sakit hati, jam dinding masih setia menemaniku hingga tak terasa sudah satu jam aku menangis di jendela kamar. Kulari kearah cermin dan kulihat mata yang sudah memerah dan membengkak. Aku melamun sejenak, setiap malam aku seperti ini, sejak dia pergi meninggalkanku, sejak bulan ke 3 ditahun ini. Mungkin jika jam dinding bisa berbicara pasti dia akan menghiburku, tapi saat ini aku sedang tidak ingin dihibur. Aku hanya ingin berlari menjauhi ini semua walaupun ini sulit bagiku. Aku ingin pergi dari kisah ini.


Adis Ratih Trisiana

0 komentar:

Posting Komentar